MENGAPA


MENGAPA?
Mengapa kau lakukan
Mengapa kau kecewakan
Mengapa kau hancurkan
Mengapa???
Mengapa kau sakiti
Mengapa kau lukai
Mengapa kau hianati
Mengapa???
Aku tak ingin begini
Aku tak mau terjadi
Aku benci diri ini ,benci
Mengapa???
Yah,sejuta tanya menari-nari
Sederas hujan air mata ini
Sebeku es asa di hati
Mengapa harus aku???
Aku tanya skali lagi
Mengapa???
Entah sudah yang ke berapa kali Nena memainkan penanya diatas kertas,ia tetap tak menemukan kepuasan disana. Tumpukan kertas di sana sini berserakan di ubin lantai kamar tidurnya. Ia berusaha untuk melepaskan apa yang mengganjal di dalam hatinya. “Ah, aku tak boleh begini terus tapi harus bagaimana Tuhan?” Nena meremas jemari tangannya ia seperti kehilangan arah dan memang tampaknya seperti itu, harus bagaimana dan hanya satu jawaban yang ia inginkan terlepas dari masalah brengsek ini. “Romi bukanlah pria satu-satunya di dunia ini dan fatalnya mengapa baru sekarang aku mengetahui siapa sesungguhnya dia.”Batin Nena.

“Terlanjur Nena jujurlah hatimu sudah terseret padanya.” Suara kecilnya mengusik.” Tidak! Apanya yang terlanjur aku adalah Nena dan akan ku tunjukkan bahwa aku mampu mengatasi ini.” Nena tiba-tiba berdiri dari kursinya di raihnya foto Romi dan “Brrraaakkk!” Bingkai kayu mahoni itu patah dan pecahan kaca berserakan, Nena puas melakukannya memandang dan ia menginjak-injak foto Romi tanpa perduli pecahan kaca melukai kakinya.”Dasar laki-laki brengsek, kurang ajar belagu cihh!” maki Nena sambil meludahi foto Romi kekasih hati yang menghianatinya. Sungguh ia tak sadar selama ini Romi menutupi status dirinya yang sebenarnya. Ternyata ia telah beristri dan beranak. Mengapa ia begitu bodoh selama ini, Nena begitu saja percaya rayuan dan kata mesra Romi. Wajah tampan dan berduit serta pergaulan jet set membawa Nena jatuh lebih dalam ke pelukan Romi. Bahkan di hadapan oarngtua Nena tak canggung-canggung Romi mengatakan akan melamarnya. Hubungan terus berlanjut hari demi hari bulan berganti setahun genap sudah, hingga suatu hari dimana Nena sedang berbelanja bersama teman-temannya di kawasan Pondok Indah Mall ia tanpa sengaja melihat Romi berjalan bergandengan tangan bersama seorang wanita. Untunglah teman-temannya tak memperhatikan ia meminta teman-temannya menunggunya di kafe tempat mereka biasa nongkrong. Sementara Nena beralasan mau ke toilet.

Tanpa melepaskan sedetikpun pandangannya pada Romi dan wanita itu. Nena mulai di bakar cemburu jantungnya berdetak tak karuan ingin rasanya ia mendekati pasangan yang tampak mesra tersebut. Namun ia urungkan niat itu seorang bocah kecil berlari mendekati Romi dan wanita tersebut, Nena penuh selidik penasaran “siapa anak itu lagi?” Batinnya.

Romi dan anak kecil itu tak lama pergi, wanita itu masih berada di counter parfum melihat-lihat. Nena tergerak mendekati wanita itu. Ia kini berada di counter yang sama dengan wanita itu.” Wah, Mba suka juga aroma parfum cowok… ya sama dong. Saya juga suka tuh mba baunya enak maskulin banget.” Sapa Nena sambil mengamati wajah wanita itu. “Eh,ini bukan untuk saya kok tapi untuk suami saya…kalau saya malah nggak suka baunya terlalu keras.” Wanita itu balik tersenyum pada Nena.”Lho kok bukan suami mba yang pilih sendiri?” balas Nena mulai mencari tahu. “Oh,dia selalu percayakan saya memilih parfumnya dan lagi anak kami rewel minta mainan tadi dia ada disini kok.” Jawab wanita itu. Nena kaget setengah mati namun dia harus bisa menguasai keadaan sekarang.”Oo,kirain mba datang sendiri.” Nena berusaha tersenyum. Wanita itu memandangnya dan tersenyum lagi, tampak dandanannya alami sederhana kelihatan dari cara berpakaiannya. Wajahnya tampak ayu namun semburat terlihat wajah ayunya tertutup sesuatu yang entah apa itu Nena tak bisa memastikannya, senyumannya menutupi kekurangan yang ada pada wajah putih dan tanpa polesan bedak yang tebal. Ia terlihat manis dengan kemurahan senyumnya. Nena sadar ia terlalu memperhatikan wanita itu cepat-cepat ia palingkan muka.” Mba,saya duluan yah…” Wanita itu tersenyum manis lagi pada Nena. “Eh iya mba.” Jawab wanita tersebut sembari mengambil nota pembelian barang.Nena berjalan keluar tapi ekor matanya sesekali mencuri pandang pada wanita anggun tadi.”Itu pasti istri Romi tapi ah tidak mungkin.” Tak berselang lama Romi dan anak kecil tadi menjemput wanita itu…”Mami,mami liat deh mainan Roy di beliin papi!” suara anak kecil itu menyiutkan tulang belulang Nena.”Ternyata memang benar mereka adalah sepasang suami istri dan mempunyai anak yang lucu dan tampan seperti papanya” Nena seakan tak kuat berdiri ingin rasanya ia menghampiri Romi dan menampar wajah gantengnya yang brengsek itu,ingin rasanya ia menjadi wanita yang menjadi istri Romi tapi “Tidakkk Nena!!!, kau harus tau sekarang siapa laki-laki brengsek tersebut. Jangan tergoda pada rayuannya dan mulai sekarang tinggalkan dia, masa depanmu yang masih panjang jangan kau hancurkan demi laki-laki seperti dia.” Nena geram sekali pikirannya berkecamuk tak karuan namun ia harus bisa mengendalikan semua ini.Tanpa memperdulikan janji dengan teman-temannya Nena berlari keluar mall dan langsung menuju pangkalan taxi di samping bangunan megah tempat para orang kaya menghamburkan uangnya. Kini Nena merasakan aliran hangat yang tiba-tiba membasahi kedua pipinya. Ada rasa sakit yang menghentak dari dalam hingga tanggul pertahanannya tak kuat lagi membendung aliran di kedua belah mata Nena. Ia meminta sopir membawanya ke arah Ancol ke pantai Marina, ia ingin menyendiri dan tempat itulah, di pantai itulah setiap saat Nena merasakan kesedihan pantai itu menjadi pelabuhan hatinya pengobat dukanya. Deru ombak kecil seakan menyapu duka hati Nena.

Cepat sigap Nena merogoh tas tangan dan mengambil dompetnya lalu membayar taxi yang telah mengantarnya, kini handphone genggamnya juga tidak di aktifkan. Nena berjalan ke sebuah kafe yang telah menjadi langganannya,koko Toni adalah bos pemilik kafe sudah mengenalnya.”Ko,seperti biasa orange juice yah?” sapa Nena tanpa banyak bicara dan koko Toni tersenyum mengangguk. Nena duduk di tempat favoritnya yaitu di sebelah kiri paling pojok tempat ia bisa lebih jelas menghirup udara pantai dan mendengar suara deru ombak menghiburnya. Sayup-sayup ia mendengar suara lantunan penyanyi entah siapa gerangan yang menyanyikan lagu menusuk sembilu Nena. Ia semakin menajamkan nalurinya menghayati bait perbait lagu tersebut. Sang pelantun seakan ikut menghayati irama dan lirik lagunya. “Nena, jangan sedih ayo mana semangatmu hidup tak berhenti sampai disini kok.” Ia merasa suara deru ombak itu menyadarkan lamunannya. Kini Nena tak mau perdulikan sayup-sayup lagu tersebut. “yah,aku tak akan terpuruk dalam keadaan begini,siapa sih dia? Aku sedih bukan karena Romi tapi aku sedih mengapa aku menjadi wanita bodoh,yah itu saja.Untungnya aku cepat mengetahui semua ini…ya Allah terimakasih engkau telah menolongku.”
Pagi yang cerah membuka hari baru kokok ayam jantan membangunkan Nena yang semalam telah berperang melawan kesedihannya. Ia beranjak dari pembaringan dengan semangat baru Nena memulai harinya. Handphonenya berdering Nena melirik Romeoku calling,ia ragu sesaat “terima atau nggak yah?” akhirnya ia mempunyai kekuatan untuk menjawab dan “Ya, halo !”
“Selamat pagi sayangku,udah bangun?” suara Romi menyapa.
“Ya udah dong, kan kita janjian ketemu siang ini” jawab Nena pura-pura mesra.
“Oyah,aku juga gak sabaran ketemu kamu yang” balas Romi merayu.
“Ya udah sampai ketemu entar siang di tempat biasa kan?” jawab Nena lagi.
“Oke sayangku jangan telat yah, dan Nena I LOVE YOU!” Romi menggodanya.
“Ihh kamu tuh,iya I LOVE YOU TOO.” Balas Nena namun ia menahan geramnya.
“Bye sayangku” Romi
“Bye juga Romeoku” Nena menutup pembicaraan dan mulai ia menjalankan taktiknya yang semalam telah ia rencanakan.
Siang itu Nena menepati janji bertemu Romi di kafe daerah Senayan. Ia berdandan dan tampil secantik mungkin. Untuk yang pertama kalinya ia akan memberi pelajaran pada laki-laki brengsek seperti Romi. “Seenaknya aja permainkan wanita kasihan sekali istrinya apakah ia tau atau tidak perbuatan suaminya? Uh !!! tunggu aja kamu!” geram Nena.” Mentang-mentang kaya dan tampan semaunya permainkan wanita,sory tidak semua wanita bisa kamu beli Romi!” Nena tambah geram ingin cepat-cepat melabrak Romi. Tak berapa lama di kejauhan ia sudah melihat mobil Romi, mercy mata kucing seri E320 berwarna hitam pekat terparkir dengan sombongnya. Setelah membayar taxi Nena menuju kedalam kafe,disana ia melihat Romi tersenyum menyambutnya dari kejauhan.
“Hai sayang kamu telat 5 menit” sapa Romi.
“Sory nih jalanan macet,kamu udah lama?” jawab Nena sembari duduk bersebelahan.
“Lumayan, dari kantor kan tak terlalu jauh kesini dan aku kangen sama kamu say”
“Ahh! Mulai deh gombalnya” Nena membalas,dalam hatinya”uh dasar brengsek!”
“kamu pesan apa yang? Apa seperti yang biasa aja?” tanya Romi.
Nena mengangguk memamerkan senyumnya semanis mungkin. Kemudian lima belas menit berlalu apa yang Nena tunggu kini segera di mulai. Dari jarak dekat Romi melihat Wulan istrinya memperhatikan mereka berdua. Romi tak kuasa berbuat apa-apa lagi. Wajahnya memucat sesaat, ia seakan tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
“Yang kenalin ini temanku Wulan, ia kuajak sekalian makan siang bersama.” Kata Nena.
“Hhhaaiii…” sapa Romi seakan tak bertenaga. Nena menahan tawanya melihat raut wajah Romi yang tiba-tiba kusut seketika. Wulan duduk berhadapan dengan Romi. Dengan jelas sekali Wulan bisa melihat wajah Romi tanpa mengedipkan mata sedikitpun.
“Oyah mba mau pesan apa?” tanya Nena dengan santai.
“Saya pesan air jeruk manis hangat saja “ jawab Wulan tanpa melihat Nena.
Nena melambaikan tangannya memanggil pelayan dan memesan pesanan Wulan. Tiba-tiba dering handphonenya menyadarkan mereka bertiga.”Ya halo…eh iya aku lupa kamu sekarang dimana?” jawab Nena sambil berdiri.”Ok deh,aku sekarang on the way kesana tunggu ya!” suara Nena seakan sibuk. Tak lama ia berkata “Aduh yang,maaf yah aku ada janji dengan teman membawakan brosur untuk perjalanan wisata ke Bali nih,mereka tak jauh kok dari sini. Tunggu bentar aja ya yang? Mba Wulan tidak apa-apakan aku tinggal sebentar ada Romi menemani kok ya nggak yang?” kata Nena dan langsung beranjak pergi tanpa menunggu sepatah kata dari mulut Romi yang juga sedang kacau. Wulan hanya setengah mengangguk dan Nena sedetik sempat memainkan matanya pada Wulan. Nena berjalan keluar kafe dengan rasa puas…ia sudah mengatur segalanya semalam di bantu Bambang teman Romi.Entah bagaimana caranya Nena bisa mengatur pertemuan itu tanpa sepengetahuan Romi. Sebelumnya Wulan tidak mempercayai kata-kata Nena, namun Nena mengatakan untuk apa melakukan ini semua kalau bukan untuk kebaikan Wulan dan rumah tangganya juga Nena memikirkan sesama wanita ia tak mau melukai.
Akhirnya Wulan datang juga hari itu. Dan Nena tak mau tau apa yang akan mereka lakukan dan bagaimana Romi menjelaskan pada istrinya. Yang ia ingin terlepas dari masalah yang hampir saja membuat masa depannya berantakan.
Sore harinya Nena menerima telepon dari Romi.
“Halo,Nena untuk sementara ini aku sibuk jadi kita jangan bertemu dulu ya.” Sapa Romi.
“Oyah,kamu sibuk ya? Katanya buat Nena apa sih yang nggak ingat kata-katamu itu?” balas Nena mengingatkan.
“Ya,tapi…ini beda ini penting Nena” balas Romi lagi.
“Penting mana dari istrimu? Romi, aku sudah tau semuanya kamu gak usah berdalih lagi! mulai sekarang hubungan kita sampai disini,aku wanita bodoh selama ini mau kau permainkan. Jangan karena kekayaanmu sampai menghancurkan rumah tanggamu.”
Tiada suara apa-apa,mungkin Romi kaget disana.
“Jadi kamu sudah tau ?” kamu yang mengatur pertemuan tadi siang?” tanya Romi dengan suara bergetar. “Yah,aku sudah tau Rom dan memang aku yang mengatur semuanya… kenapa?kamu marah? Silahkan saja marah, ternyata kamu orangnya seperti itu. Maaf Romi aku bukan wanita yang gampang kau buai dengan kekayaanmu,apa kau tidak ingat anak istrimu? Kelucuan anakmu,keluguan istrimu? Romi,sampai disini saja hubungan kita terimakasih atas apa yang kita pernah lalui selama ini.Namun aku tak berhak memiliki dirimu walaupun sejujurnya aku pernah mencintaimu. Selamat tinggal Romi.”
Nena mengakhiri pembicaraan mereka. Tangannya menyeka air mata yang sejak tadi ia tahankan. Mencintai seseorang tak berarti harus memilikinya. Demi kebahagiaan orang yang kita cintai walau hati luka harus kita relakan. Yah..,Nena menatap keramaian lalu lintas dari balik jendela kamar tidurnya. Kini Nena semakin matang dalam menjalani arti hidupnya…tiada lagi mengapa dan mengapa yang harus berputar-putar menguras otaknya mencengkeram hatinya,hidup tidak berhenti sampai disini ia akan terus berlanjut lagi dan lagi sampai batas usia yang Allah tentukan. Duka Nena mengalahkan senyum tulus yang keluar dari lubuk hatinya. Mengapa? Yah karena aku adalah Nena wanita yang mencintai hidupku…..
S E L E S A I
*Keindahan itu rangkaian bisikan yang amat mesra. Bicara dari dalam jiwa dan suaranya
menghangatkan kebisuan hati kita. Jangan kalian mengira dapat menentukan arah cinta
karena apabila cinta telah menentukan pilihan,dialah yang akan menentukan perjalanan
hidup kalian. (Kahlil Gibran)
* Adakalanya cinta tak mesti bersatu. Namun rasa cinta itu akan terus ada dan kelak
waktulah yang akan menyembuhkan luka cinta.
By Fira Medio Desember 2007

Published in: on 2 Desember 2007 at 11:21 pm  Comments (18)  

The URI to TrackBack this entry is: https://fira.wordpress.com/2007/12/02/mengapa/trackback/

RSS feed for comments on this post.

18 KomentarTinggalkan komentar

  1. Yang saya suka dari cerpen ini adalah penggarapan konflik batinnya, Mbak Fira. Konflik Nena secara riil memang sering dialamai oleh kaum perempuan pada umumnya. Cinta yang agung seringkali harus terbentur oleh perlakuan dan selera rendah manusia yang sudah tereduksi oleh nafsu. *Halah, maaf sok tahu nih*
    Tapi sungguh, Mbak. Ada perkembangan cukup bagus dalam tulisan Mbak Fira. Kalimat2 dan diksinya mulai tertata. Tidak nggedabyah, hehehehe :mrgreen:

  2. mba penghayatan yang bagus nulis puisinya bener kata om yang tadi sedikit sedikit aku tau tentang puisi maklum bekas anak sastra hehehehhe..meskipun anak satra aku bisa nulis puisi dengan penghayatan paling nyonten karya khalil gibran,jalaludin rumi,jonh done.emily dickinson dll..terusin mba ya nulis puisinya and met kenaljuga insya allah aku akan sering berkunjung kesini 😀

  3. wah bener..tulisannya hebat euy, makasih sudah mampir yaaaa mbak

  4. hehe,,
    cow itu kalo g buaya ya homo..
    hihihi..
    tapi ebad si nena,,salut, kalo gue punya 5 jempol, gue kasih buat dia semua deh,,,,ups, g jadi deh, ntar gue jadi manusia tak berjempol dunks,..hehehe…
    bagus mba ceritanya.ini kisah nyatakah???

  5. Ketika seorang wanita mengalami keputus-asaan, puisi itulah yang lahir. Saya punya pengalaman seperti itu, Fir. Kecewa, marah, benci pada diri sendiri. Kata dokter psikolog, itu adalah depresi. Semula kita pikir diri kita kuat, siap menerima kepahitan hidup. Tapi, ketika tamparan keras itu datang, kita terhuyung-huyung hampir kehilangan arah tujuan.

  6. Tentang penulisan, saya setuju bangat dengan Pak Sawali, penyampaiannya kali ini lebih ngampang dicerna dan dipahami.
    Selamat yach. Tetap menulis yo. I love you so much, sister.

  7. keren habis,
    gaya bahasa da tokoh setiap karakternya sungguh unik

  8. […] menorehkan kenang-kenangan berupa pertamax, hetrix, top skor dan lain-lain di blog ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, saya mengucapkan terima […]

  9. sesuai janjiku tadi malam, aku kubaca. yang ini emosional, pecah seperti bingkai itu. mungkin perlu sentuhan hati, agar bahasanya tidak pecah, agar bahasanya lebih berdenyut.

  10. Pak Sawali,trimakasih udah mengatakan yang sejujurnya tentang tulisan Fira ini,Insya Allah lebih di perbaiki lagi ke depannya.
    Mba Dianna,wah anak sastra nih ya he3 makasih udah komentarin tulisan saya ya mba…salam kenal juga.
    Unai,ah yang benar nih hebatnya mba jadi tersanjung he3.
    Marwan,ini bukan kisah nyata lagi hanya hayalan semata.
    Hana,ooo ada yang terenyuh nih makasih deh say mudah-mudahan lebih baik lagi akan datang doain yah.
    Alfarobi makasih banyak sudah mampir ke gubuk saya dan memberikan komentnya,salam kenal bung.
    Ck, selamat buat kamu deh…dan terimakasih kembali.
    Bang Panda, yoi nih bang perlu di poles lagi yah… btw mauliate bang, horas!

  11. Yeah … siiiiiiiiiiip

  12. ada lagi yah kemampuan orang itu seperti mbak fira ini. Menggabugnkan puisi sama cerpen. wong bikin puisinya saja angel kok ini gabungan yaa.. salut!

    *belajar on*

  13. Met Hari Raya Idul Adha, ya, Fir.

  14. cerita klasik yg gak pernah habis2nya dibahas. mungkin menarik dilihat dari “bagaimana”, selain mengapa…

  15. Ya ya semakin yahud. Yang penting ‘pesan makna’ perlu dipertajam, jangan mengarah pasrah. Banyak keunggulan perempuan yang dapat dieksploitir demi pembanguna jiwa. Maju terus. Bagus.

  16. Membaca cerpen mba ini, saya jadi ingat gaya2 bercerita pengarang2 di majalah anita cemerlang, aneka yes trus apa ya satu lagi saya lupa sewaktu saya masih belasan gitu. Jangan2 mba fira ini salah satunya ya?
    Sedikit keinginan saya dari cerpen ini, tokoh romi luput mba fira eksploitasi sehingga menjadi kurang kuat karakternya padahal dia lah sebenarnya yang menjadi tokoh sentral dalam cerpen ini selain nena sendiri.
    Tapi bagus mba, biasalah jika komentator suka usil, he. Padahal jika disuruh bikin sendiri juga ga akan bisa, he he..

  17. Undercover,Wah saya sampai malu nih mana pernah bikin cerita ke media itu? Wong saya ini biasa-biasa aja kok. Gak apa-apa komentarnya mau bagaimana saya siap kok…oke deh makasih ya.

  18. Terima kasih ya 4JJ I, tlah kau ciptakan hati, perasaan, pikiran, ‘n jiwa kepada manusia ! JagaLah kami Ya 4JJ I swt Yg Maha Penguasa, Pngasih, ‘n Penyayang ! SubhannALLAH !


Tinggalkan Balasan ke undercover Batalkan balasan